Masih suka ngeluh sama hal-hal yang gak penting-penting amat? Baca dulu deh kisah perjuangan Fotografer yang tidak memiliki kaki dan tangan ini, dijamin membuat kamu minimal berfikir, hidup kamu memang menyedihkan atau.. Kamu yang kurang berjuang?
Memiliki keterbatasan nggak membuat Achmad Dzulkarnain atau yang biasa dipanggil Dzul untuk berhenti berkarya. Buktinya banyak foto yang telah dihasilkan Dzul dari hasil pekerjaannya, seorang Fotografer.
Dzul mengawali karirnya sebagai tukang foto KTP dengan kamera pinjaman dari tetangganya, dari hasil pekerjaan tersebut Dzul dapat membeli kamera DSLR yang doi cicil selama 18 bulan. Terus, doi pun memutuskan ikut komunitas fotografer agar ilmu dan tenik dalam megambil gambarnya lebih canggih. Dzul mengaku, lebih senang mengambil gambar outdoor karena lebih terasa tantangannya. Gokil nih Dzul, keren lo!
Selama bulan Agustus ini, Dzul juga cerita kalo doi banyak menerima order memotret pada saat karnaval.
“Selama itu halal dan mengasah kemampuan fotografi saya kenapa tidak saya lakoni?,” kata Dzul.
Saat bekerja di lapangan, doi mengaku tidak mendapatkan diskriminasi dari sesama fotografer. Bahkan, Dzul diberi kesempatan buat memilih sendiri sudut pengambilan gambar atau angle yang pas.
“Dengan kondisi tubuh seperti saya memang tidak mudah untuk mengambil angle tapi teman teman selalu memberikan kesempatan terlebih dahulu,” ceritanya. Orang baik pasti akan berteman dengan orang baik men!
Cuma, Dzul juga cerita kalo dia sering terluka dibagian bawah tubuhnya karena aspal dan panas.
Kisah perjungan Dzul bukan cuma itu aja, semasa sekolah, Dzul juga sering merasa sedih karena berbeda dengan teman-temannya, hal itu sampe membuat doi depresi dan ingin bunuh diri.
Tapi.. Dzul pun memilih aktif di dunia teater hingga mendapatkan penghargaan dari (Alm) Didi Petet sebagai Siswa Terbaik di jenjang pelatihan teater pada tahun 2010 di tingkat Jawa Timur. Wow.. Oh iya, Dzul juga suka dunia musik dan tulis menulis, doi pun sampe sekarang masih aktif menulis puisi di beberapa media massa.
Untuk mobilitas sehari-hari, Dzul memakai gokart yang sudah dimodifikasi agar nyaman dikendarai.
“Ini kecepatannya 80 kilometer per jam dan dibuat oleh saya dibantu sama bapak. Kalau biayanya ada sekitar Rp 6juta-Rp 7 juta, tapi saya nggak pernah ngebut. Ini yang menemani saya motret dan juga kuliah” cerita Dzul yang juga mahasiswa jurusan Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi itu.
Sebelum gokart ini dibuat Dzul sering mengalami kesusahan dalam transportasi, apalagi waktu doi duduk di bangku SMA, setiap hari, dia harus naik ojek lalu naik bus kemudian melanjutkan dengan angkutan umum.
“Dari jalan raya ke sekolah masih harus jalan kaki di aspal panas. Awalnya bagian tubuh bawah saya luka sampai berdarah akhirnya ya terbiasa. Kalau ada teman yang baik biasanya saya nunut naik motor matic di bagian depan,” tuturnya.
Satu lagi hal yang membuat Dzul gak patah semangat, adlah cerita semasa kecilnya, Ibu Dzul mengaku sempat memasukkan dirinya ke dalam tas plastik dan akan dibuang saat mengetahui dirinya terlahir cacat. Tapi, hal itu dicegah sama ibu angkatnya yang kemudian mengasuh Dzul selama satu tahun.
“Saat mendengar cerita tersebut saya semakin optimistis untuk membuat orangtua dan ibu angkat saya bangga atas kelahiran saya Mereka adalah orang yang mendukung saya selama ini,” kata Dzul mengakhiri ceritanya.
Wow.. saya sampe kehabisan kata-kata nih. Semoga kisah Dzul di atas bisa menginspirasi kamu ya! Siapa aja yang sekarang lagi berjuang, yang lagi nggak ada duit, yang lagi jomblo, yang kuliahnya gak jelas, yang lagi berantem…. Apapun deh, Harus tetap semangat untuk mengahadapinya ya, do someting! Kamu pasti bisa.
Penulis : Arini Sabila