Keberadaan Korps Zeni merupakan pakem dalam dunia militer di semua negara, secara teknik dan taktik keberadaannya sudah seusia dengan adanya peperangan itu sendiri [sejak perang purba] di karenakan fungzi Zeni itu sendiri pada awalnya merupakan praktek ilmu perang
yang bersifat naluriah serta akal-akalan [improvisasi] pada kondisi insidentil yang membutuhkan keterampilan teknis semisal membuat jebakan, perangkap, menghancurkan perkubuan lawan dan fungsi pertahanan, menghambat dan memfasilitasi kelancaran gerak maju pasukan sendiri [kawan].
Dalam hal ini taktik Zeni bukan/tidak dihadapkan pada taktik bagaimana mencari & menghancurkan musuh dengan saling berhadapan langsung beradu senjata, teknik bertempur Zeni lebih menggunakan kemampuan teknis yang bersifat taktis untuk mendukung suksesnya kemenangan pasukan penyerbu [manuver].
Walaupun pada kondisi peperangan yang tidak bisa diprediksi segala kemungkinannya atau karena sebab kebutuhan taktis yang diperlukan tidak menutup celah pada situasi tertentu mereka harus beradu senjata dengan musuh karena wilayah operasinya di daerah abu-abu dengan mobilitas tinggi yang mengharuskan posisinya selalu dekat dengan pasukan penyerbu.
Zeni merupakan kata serapan dari bahasa Belanda “Genie”, yang berarti Genius, pandai/banyak akalnya. Pada masa perang kemerdekaan TKR menggunakan kata Genie pioneer digunakan untuk unit-unit Zeni yang belum solid struktur organisasinya, mereka adalah laskar-laskar pejuang yang berasal dari rakyat dan para pelajar yang terpanggil untuk mengangkat senjata seadanya.
Seiring terbentuknya TGP [Tentara Genie Pelajar] di masa Agresi Militer Belanda I secara taktis dan teknis pasukan Genie Pioneer semakin menunjukkan keberadaannya sebagai laskar-laskar dengan kemampuan vital dan membanggakan, karena sebagian besar TGP direkrut dari pelajar-pelajar sekolah teknik yang mempunyai semangat dan visi perjuangan.
TGP selalu dilibatkan dalam operasi-operasi penghancuran pertahanan dan sabotase. Karena mereka telah di bekali dan dilatih oleh Detasemen Genie di Malang tentang teknik Zeni yang meliputi pengetahuan ranjau, bom, bahan peledak serta tugas-tugas perusakan. Semangat bertempur mereka terasah mulai dari Agresi Militer Belanda I, Front pertempuran di Jawa, Front Sumatera, Agresi Militer Belanda II hingga Penumpasan Pemberontakan PKI di Madiun dll. KGPH Jati Kusumo [KASAD pertama 1948-1949] adalah sesepuh Genie yang turut menjadi tokoh sentral dalam perjuangan.
Setelah melalui alur sejarah perjuangan tiada henti pada tahun 1961 kata serapan Genie di-Indonesiakan menjadi “Zeni”. Korps Zeni AD telah turut berkiprah memberikan andilnya pada masa perjuangan fisik perang kemerdekaan yang menguras energi dan fikiran hinga hingga di era berikutnya Korps Zeni AD tak pernah surut pada penugasan/ operasi militer perang [OMP] dan operasi militer selain perang [OMSP] baik di dalam negeri maupun di luar negeri di bawah bendera PBB berupa tugas-tugas rehabilitasi pasca konflik, pemulihan keamanan, pasukan perdamaian, pasukan inti dalam rangka rehabilitasi pasca bencana alam [rehabilitasi pasca tsunami di Aceh adalah contoh keberhasilan & kerja keras tak kenal lelah pasukan Zeni AD yang dikerahkan semua dalam membuka akses yang terputus pada wilayah-wilayah yang terisolasi karena infrastruktur mengalami kehancuran yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata]. Inilah pasukan yang sedikit bicara dan banyak bekerja.
Di era modern Zeni [Engineer] merupakan kesatuan standar militer yang harus dimiliki oleh kesatuan militer di negara manapun khususnya angkatan darat & satuan maririr karena fungsi dan perannya yang terus dibutuhkan dalam pertempuran sejak zaman peperangan kuno, karena pada intinya fungsi bantuan tempur Zeni adalah bersifat improvisasi, insidentil, dan menggunakan standar teknik yang khusus dikualifikasikan pada Satuan Zeni.